“Ikhlaskan Niat membangun kampung dengan desa wisata” itu suntikan dari pegiat pariwisata Zuhrizul Chaniago penuh semangat.

“Yang penting sekali 5 (lima) unsur, yaitu pemerintah daerah (lurah & LPM), ninik mamak, cerdik cendekia, bundo kanduang dan pemuda terlibat dan mendukung”, lanjut Ketua Team Pemberdayaan dan Pengembangan Desa Wisata (TP2 Dewi) Sumbar dihadapan sejumlah tokoh masyarakat Ladang Cakiah.

Asupan motivasi di forum sosialisasi kepada pengelola Pokdarwis Lansura Sumur 13 dan Pokdarwis Parit Antang, Jorong Tigo Baleh, Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh (ABTB), Kota Bukittinggi.

Wilayah yang masuk 20 (dua puluh) prioritas desa wisata agro persawahan yang di SK kan Gubernur Sumbar saat ini sedang dalam proses melengkapi struktur sekaligus pematangan program untuk ikut berpartisipasi di Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023.

“Seandainya mendapat penghargaan atau jadi yang terbaik sekalipun, anggap sebagai bonus. Yang utama adalah bagaimana kearifan budaya lokal, keguyuban masyarakat serta segenap potensi kerajinan dan kuliner dapat dijaga dengan baik dan siap disuguhkan kepada tamu yang datang”, disampaikan Maetek, panggilan akrab Zuhrizul.

Turut mendampingi dan berbicara sejumlah jajaran pengurus TP2 Dewi. Sekretaris Elvis Kasmir⁩, bidang UMKM & Ekraf Indra Dodi Dt. Mangkuto Labiah serta Kepala Riset Kearifan Lokal UNP Dr Wirdanengsih, menyampaikan pengalaman masing-masing sebagai penambah referensi dan penguat betapa peluang pemberdayaan potensi budaya dan alam nan indah bukan ekedar wacana.

Dari perspektif lain namun memperkuat keyakinan pada prospek Desa Wisata disampaikan Muhammad Subari berdasarkan pengalamannya mengelola homestay.

“Untuk Sumbar filosofi ABS SBK merupakan kearifan lokal yang menjadi ruh dalam pengelolaan homestay”, ujar Ketua Asosiasi Homestay Indonesia (AHI) ini, seraya memaparkan plus minus dari segi bisnis maupun dampak keberadaan homestay.

Bukan pula masalah kekurangan uang, namun dengan banyaknya kerabat yang ingin merasakan pengalaman hidup dan tinggal di rumah gadang, meresapi denyut nadi alam dan memanjakan lidah dengan salero kampuang bisa menjadi pelecut untuk kita yang memiliki kelebihan yang diberikan Allah bisa jadi faktor pendorong berbagi bahagia dengan pelancong.

Acara yang dipandu koordinator bidang kemitraan Ilhamsyah Mirman dihadiri Ketua Desa Wisata Kelurahan Ladang Cakiah Yerry Amiruddin Dt Rangkayo Batuah dan sekretaris Yusra Dt Mangkuto Sutan. Selain itu Ketua Pokdarwis Reni Syahril dan wakil ketua Wisnita, Ketua Pokdarwis Parit Antang Rahmat Nona bersama sekretaris Ori Rahmi, bersama sejumlah pengurus, Nancy, Yulia, Rahmawati, Elmita, menyimak dengan serius paparan para pakar tersebut.

Penuh semangat berbagi ilmu, tak dinyana waktu berlalu dengan cepat. Hingga jarum jam nyaris bergerak kekanan ini masih tampak benar antusias peserta, termasuk pegiat wisata Bukittinggi yang khusus di undang. Tampak mantan guide yang juga seniman saluang Suhendra, fotografer muda Nofrial Hendra, aktivis perempuan Onie Rahmi dan mantan juara fashion Baju Kuruang Basiba Saisuak, Yanti Malros.

Program kerjasama dengan Ranah Rantau circle (RRc) dan Rapat Pembentukan Pokdarwis ini diharapkan bisa memperkuat semangat berbuat yang terbaik untuk ekonomi keluarga, membuka lapangan kerja dan meningkatkan kesejahteraan warga.

Sebagai ajang pembuktian, kebetulan dalam waktu dekat datang rombongan turis dari Malaysia yang akan menikmati suasana makan di sawah seraya disambut tari pasambahan dan peragaan silek tradisi dari sasaran silat Kubuang 13. Kuliner adat Kurai yang terdiri dari anyang dagiang, pangek ikan, pargede, taruang balado dengan parabuang (makanan penutup) kue inti dan pinyaram dipercaya bakal memanjakan lambung sanak keluarga dari jiran ini.

Menyambut momen penting tersebut direncanakan hari ini (16/02) digelar ‘latihan’ makan di sawah dengan nasi ka boka sebagai tradisi makan para petani ke sawah. Penggalian budaya yang selama ini melekat dan dijalani secara alami merupakan salah satu contoh keunikan yang kalau dikemas dengan kreatif bias menjadi daya tarik bagi para wisatawan. Storynomic menempati peran penting yang salah satunya bisa didapatkan dari perguruan tinggi.

Usai penutupan kegiatan terpancar kepuasan di wajah dan optimisme para peserta bisa menjawab kerisauan Dt. Mangkuto Sutan, apakah kita masih terus lanjut bermimpi. Harapan tergantang di awang. Ataukah memang saat kinilah kebangkitan bermula.

Menyimak jalannya empat jam diskusi, rasanya pendulum lebih berat kepada keyakinan bahwa memang kinilah saat berpadu semangat membangun negeri dan nagari melalui desa wisata. Semoga.. (analisa)

•••

Sumber